Di Madura, khususnya di daerah saya (Sumenep), pembacaan shalawat
nabi pada acara-acara tertentu selalu diiringi dengan pemukulan hadrah.
Pemukulan hadrah biasanya dilakukan setelah pembacaan “shalawat bil
julus” (dibaca sambil duduk, karena saat pemukulan hadrah semua hadirin
berdiri). Hadrah sangat utama pada acara penting, seperti walimatul ursy, maulid nabi, dan molang are (selamatan anak yang baru lahir).
Nah, jika Anda penggemar hadrah, khususnya genre hadrah ala Sumenep-an,
maka ia akan mengacu kepada sebuah nama yang sangat populer, yaitu Yik
Ahmad bin Ta’lab. Beliau msayhur sebagai tokoh hadrah/rebana tidak saja
di daerahnya (Sumenep), melainkan hingga ke beberapa tempat di daerah
tapal kuda, yaitu Madura dan daerah pesisir Jawa bagian timur.
Hingga saat ini, hadrah masih populer di masyarakat. Namun, gempuran
industri musik pop yang tak terelakkan telah menciptakan pergeseran
selera pendengar dan pemain. Kesenian ini kiranya mulai menjauh dari
leluri leluhurnya. Terbukti, kini, mudah ditemukan kaset dan cakram
gambar bergerak yang berisikan “hadrah koplo”. Jika didengar sepintas,
hadrah jenis ini lebih mirip dangdut yang diiringi hadrah dan bukan
sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar